The Journey – Unforgivable One
Sudah sebulan perjalan Animon, Leader, Reyd, Floriana, dan Derrion menuju kerajaan Gaia. Tapi mereka belum menyerah. Mereka mencoba menumpang beberapa karavan untuk mempersingkat waktu perjalanan, tapi mereka tidak bisa selamanya bersama karavan karena arah perjalanan yang berbeda. Di sebuah padang pasir yang tidak ada batas pandangan, Animon semakin merasa lelah berjalan. Derrion bisa saja menciptakan oasis dengan mengambil air dari bawah tanah, tapi ia tidak mau karena itu akan merusak keseimbangan alam. Ia hanya mengetahui tidak jauh dari mereka ada sebuah oasis.
Belum sampai mereka di oasis, sebuah gemuruh pasir menghampiri mereka. Ternyata beberapa orang berkuda menghampiri mereka. Dilihat dari bajunya, mereka adalah pasukan dari kerajaan Gaia. Pemimpin pasukan mereka adalah seorang wanita yang terlihat seumuran dengan mereka. Wanita itu terkejut saat melihat Animon, tapi ia seperti bukan terkejut karena melihat manusia kucing untuk pertama kalinya.
Setelah berbicara, ternyata pasukan tersebut akan pergi ke kerajaan Viel karena surat dari kerjaan Gaia belum juga dibalas. Animon dan yang lainnya bisa menumpang dengan pasukan itu, tapi mereka harus ikut ke kerajaan Viel terlebih dahulu. Tidak ada satu pun yang menolak untuk pergi bersama pasukan Gaia, jelas saja, waktu tempuh mereka dapat dipersingkat menjadi satu setengah bulan dengan berkuda.
Animon tidak pernah berkuda sebelumnya, jadi ia menumpang dengan Flo. Sementara Derrion jelas tidak bisa melihat, ia pun menumpang dengan Reyd. Dan Leader mendapatkan kuda khusus dari pasukan Gaia. Pada saat pertama kali melihat Leader, semua pasukan, kecuali wanita pemimpin pasukan bernama Lumina, langsung turun dari kudanya dan menundukkan badan memberi hormat. Ternyata Leader adalah mantan dari Ketua Pasukan Kerjaan Gaia 25 tahun yang lalu, tepat saat di tahun Animon dan yang lainnya lahir. Ia berhenti menjadi Ketua Pasukan karena ingin menyendiri dan pada saat itu sudah ada orang yang sangat ingin menjadi Ketua Pasukan Kerajaan Gaia. Lumina sendiri terkejut lalu ikut memberikan hormat saat mengetahui hal itu.
Berkuda jelas lebih cepat dibandingkan dengan jalan kaki. Mereka tiba di kerajaan Viel hanya dalam waktu satu minggu. Begitu tiba di sana mereka sama sekali tidak bisa membedakan desa dengan kuburan. Mayat-mayat bertebaran sepanjang jalan. Darah-darah mengental dan menempel di setiap daun dan reruntuhan rumah. Tulang-tulang berserakan. Bahkan beberapa mayat sudah tidak jelas lagi keadaannya untuk dikatakan.
�Berpencar dan cari orang yang masih hidup.�
Lumina dengan sigapnya memberikan perintah. Animon dan Flo sudah lebih dulu turun dari kuda mereka. Keadaan menjadi hening. Semua orang terdiam tak percaya melihat apa yang mereka saksikan.
�Masih ada yang hidup.�
Animon dengan cepat dapat membedakan bau mayat dengan bau orang yang masih hidup dengan penciumannya yang tajam. Dengan cepat ia berlari menuju bau yang ia hirup. Dibelakangnya, Flo dan yang lainnya ikut berlari. Beberapa menit kemudian Animon berhenti berlari. Seorang bocah laki-laki terduduk dengan baju hitamnya yang penuh darah. Ia memeluk kedua kakinya yang ia rapatkan ke dadanya. Bocah itu terlihat ketakutan saat Animon menghampirinya.
�Sudah, tidak perlu takut.�
Floriana memeluk bocah itu dengan penuh kelembutan. Setelah bocah itu cukup tenang, ia pun dinaikkan ke atas kuda. Bocah itu tidak mau berbicara sepatah katapun. Hanya saat Flo menanyakan namanya ia hanya mau menjawab dengan pelan.
�Dael.�
Animon pun pindah kuda dengan menumpang ke kuda Lumina karena Dael naik kuda yang sama dengan Flo. Setelah pasukan Gaia yang lainnya kembali dan memberikan kabar kalau tidak ada yang selamat, mereka pun memutuskan untuk kembali ke Gaia. Mereka beranjak dari Viel dengan penuh kesedihan di hati. Begitu banyak orang-orang tak bersalah yang mereka lihat telah menjadi bangkai begitu saja.
Perjalanan dari kerajaan Viel menuju Gaia sangat jauh meskipun mereka berkuda. Di salah satu malam saat berhenti untuk beristirahat dari perjalanan yang panjang. Leader mendatangi Lumina. Leader menyadari sebuah perbedaan yang ada di wajah Lumina. Mata Lumina tidak seperti mata manusia biasa, iris matanya berbelang putih hitam dan akan berputar saat pemilik bola mata itu membidik untuk memanah. Anak panah Lumina tidak pernah meleset meski targetnya sangat jauh. Leader mengetahui mata itu bukanlah suatu kebetulan, tetapi mata dari keturunan raja di Gaia. Akhirnya pada saat itu Lumina mengakui kalau ia adalah tuan putri dari kerajan Gaia.
Animon yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka langsung memotong. Ia pun menyadari Lumina ada saat ia diusir dan dikutuk oleh penduduk desa sekitar. Bahkan, Lumina merupakan salah satu alasan dari semua kejadian yang menimpanya di 15 tahun yang lalu. Saat itu juga Lumina pun meminta maaf. Lumina juga menawar sebuah solusi kepada Animon. Lumina menjelaskan kutukan yang diderita Animon berasal dari penasehat kerajaan yang mampu melakukan sihir. Untuk menghilangkan kutukan itu, Animon harus meminum air danau di sebuah tempat bernama Danau Turpelan dekat kerajaan Gaia. Danau itu cukup unik karena banyak orang yang mengembangbiakkan kura-kura sebagai sarana kendaraan. Wajar saja, kura-kura di Danau Tarpelan tubuhnya sangat besar dan bisa mencapai tiga meter lebih lebarnya. Meskipun lambat, kura-kura itu mampu membawa barang-barang yang sangat berat.
Dua minggu perjalan dengan berkuda, mereka pun tiba di Danau Tarpelan. Cukup sepi saat itu di sana. Hanya sekitar lima orang selain mereka yang singgah di sana. Malam itu bertepatan dengan bulan purnama, mereka sebelumnya juga telah bergegas pergi ke Danau Tarpelan agar mendapatkan malam bulan purnama. Cahaya bulan terpantul tepat di atas permukaan danau, lalu sebuah kejaiban pun terjadi. Air danau berubah menjadi warna pelangi dan selukis aurora melayang di atasnya. Mata Animon sampai berbinar melihat keajaibannya.
Animon pun mengambil air danau berwarna pelangi itu dengan kedua tangannya. Ia menegukkan semua air di tangannya sekaligus. Sesaat Animon tidak merasakan apa-apa, tapi kemudian badannya menjadi panas, tubuhnya mengeluarkan asap. Animon berteriak kuat lalu jatuh pingsan.
Ketika Animon terbangun, semua orang tersenyum padanya. Kini ia bukanlah manusia kucing lagi, ia sudah benar-benar menjadi manusia biasa dan ukuran tubuhnya juga sudah seperti pria usia 25 tahun. Bajunya kini kekecilan ia pun menggunakan salah satu baju pasukan kerajaan Gaia yang tidak dipakai. Reyd pun langsung menyanyikan sebuah lagu untuk merayakan hari itu. Mereka semua berpesta, mereka semua bahagia, mereka semua pun akhirnya lelah lalu tidur.
�Kita diserang! Aaahh!�
Animon terbangun mendengar teriakan salah seorang pasukan kerajaan Gaia yang baru saja tubuhnya ditusuk pedang. Bergegas Animon mengambil pedangnya namun ia merasakan tubuhnya begitu berat. Ia tidak selincah sebelumnya. Bahkan untuk mengayunkan pedangnya, ia merasa sangat sulit.
Mereka diserang oleh perompak yang biasa berkeliling dari desa ke desa. Jumlah mereka cukup banyak. Namun mereka berhasil dikalahkan. Animon terluka parah, sementara semua pasukan kerajaan selain Lumina sudah tiada. Mereka dibunuh saat tidur oleh para perompak. Dael sendiri hanya bersembunyi dibalik tenda, untunglah ia tidak terluka.
Animon sangat menangis saat itu. Seandainya ia tidak kembali menjadi manusia, ia pasti bisa mencium bau para perompak itu sehingga mereka bisa lebih siap dan tidak harus ada yang mati dari mereka. Animon melangkah mendekati pinggiran Danau Tarpelan, airnya masih berwarna pelangi, bulan purnama masih bersinar terang saat langit mulai membiru gelap saat itu. Lumina menahan Animon, air pelangi itu sangat berbahaya bagi manusia biasa, beberapa orang pernah meminumnya lalu mati seketika. Tapi Animon sangat bersikeras ia tidak mendengarkan Lumina. Sampai di pinggiran danau, Animon pun melompat ke air pelangi itu. Lumina panik, ia pun berlari mendekati danau, tapi Reyd menahan tangannya.
�Dia tidak selemah itu.�
Cukup lama Animon di dalam air pelangi itu. Tidak ada yang bisa melihat tubuhnya, warna pelangi itu menutupi isi dari danau itu. Sepasang kuping kucing berwarna putih pun muncul dari permukaan air, disusul wajah yang selama ini mereka kenal sebelumnya. Animon muncul dari dalam danau, bekas lukanya pun hilang semua. Ia bahkan membawa seekor anak kura-kura. Ia menjelaskan begitu di dalam air sana ada sebuah suara yang mengatakan bahwa belum saatnya bagi dirinya untuk mati dan suara itu juga meminta Animon agar membawa anak kura-kura itu ke permukaan tanah.
Begitu matahari terbit, mereka pun melanjutkan perjalanan. Hanya tujuh orang yaitu Animon, Leader, Reyd, Floriana, Derrion, Lumina, dan Dael. Perjalanan panjang selama satu bulan akhirnya mereka lewati. Mereka pun akhirnya tiba di kerajaan Gaia. Saat itu Lumina menundukkan kepalanya. Sekali lagi ia meminta maaf kepada Animon. Selama ini dia merahasiakan bahwa kedua orang tua Animon sudah meninggal 15 tahun yang lalu.
Part 1 - Part 2 - Part 3 - Part 4
download file now