Tuesday, August 29, 2017

The Journey – Born of the Diablo

The Journey – Born of the Diablo


Di sebuah desa kecil, di kerajaan bernama Viel, terdapat sebuah rumah dengan keluarga beranggotakan enam orang. Seorang ayah dan seorang ibu, seorang anak perempuan adalah anak yang paling tua, sementara sisanya adalah tiga orang anak laki-laki. Anak kedua merupakan anak laki-laki pertama, ia selalu iri dengan kakaknya yang selalu mendapatkan benda-benda berharga dari orang tuanya terlebih dahulu. Sementara orang tuanya selalu lebih menyayangi kedua adiknya.

�Dael,� panggil si kakak.

Dael pun datang dengan langkah lemas, ia sudah tahu apa yang akan terjadi. Kakaknya akan memarahi dirinya. Ia sangat bosan dengan hal ini namun ia tak dapat menghindarinya. Berkali ia mencoba menghindar namun upaya gagal. Ia tidak betah untuk tinggal di rumah itu.

�Kenapa ini masih rusak juga? Tadi katanya bisa kamu betulkan?�

�Aku sudah mencoba, ternyata kerusakannya sangat parah. Itu harus diganti dengan yang baru.�

�Kalau begitu bilang daritadi, dong. Aku kan sudah capek menunggu nih. Kalau kamu memang enggak bisa membetulkannya bilang aja.�

Sebenarnya Dael tahu ia tidak pandai membetulkan benda yang diminta kakaknya itu. Tapi, jika ia berkata �tidak� saat kakaknya meminta tolong, ia pasti akan lebih dimarahi saat itu juga. Ia sudah dapat membayangkan kata-kata yang akan dikatakan kakaknya.

�Masa� minta tolong ini aja enggak bisa? Kalau kamu nanti butuh bantuan orang lain gmana? Kamu aja enggak pernah nolongin orang lain.�

Begitulah sehari-hari, Dael menerima repetan dari kakaknya. Tapi, Dael tidak peduli. Ia hanya memikirkan dirinya sendiri. Ia ingin keliling dunia dan ia perlu uang. Jadi ia memutuskan untuk kerja sejak dini. Satu per satu uang gajiannya ditabung. Ia juga bekerja keras dengan upayanya sendiri tanpa dibantu keluarganya.

Malam hari, Dael juga harus pulang lebih dulu ke rumah karena orang tuanya akan marah kalau ia sampai harus membangunkan orang-orang di rumah. Ia tidak diperbolehkan membawa kunci rumah karena orang tuanya takut ia akan meninggalkannya begitu saja. Padahal Dael selalu pulang malam untuk mencari kerja demi cita-citanya.

Adiknya yang paling besar atau anak ketiga sangat pemalas. Dael sangat marah sebenarnya ketika ia harus dipanggil orang tuanya untuk mengerjakan tugas rumah padahal saat itu adiknya sedang bermalas-malasan, sementara ia sedang sibuk dengan pekerjaannya yang penting. Adiknya yang paling kecil lebih pemalas dan bandal. Ia sering mengganggu Dael saat bekerja dan harus menyelesaikan pekerjaannya di rumah. Saat Dael memarahi adiknya yang paling kecil, orang tuanya akan langsung memarahinya. Semakin keras ia mencoba membela diri, semakin marah orang tuanya.

�Aku benci tempat ini.�

�Kenapa aku harus berada di sini sejak awal?�

�Tidak bisakah aku pergi dari tempat ini?�

�Tentu saja bisa.�


Sebuah suara serak terdengar di telinga Dael. Padahal saat itu ia sedang sendirian di kamarnya. Lebih tepatnya di kamarnya dan adik-adiknya. Untuk sesaat Dael hanya merasa ragu dan tidak menghiraukan suara itu.

Keesokan harinya adalah akhir dari dirinya. Ia mendapatkan sebuah proyek besar dari kerajaan. Ia tidak menyangka kerja kerasnya bisa sampai diakui oleh orang kerajaan. Dengan begini, aku akan mendapat untung besar bahkan untuk masa depan nanti, pikirnya.

Sesampai di rumah, Dael langsung memulai pekerjaannya. Semua ia lakukan dengan sangat teliti. Hingga akhirnya, ayahnya meminta tolong untuk mengerjakan tugas rumah. Dael langsung menjawab agar tugas itu dialihkan ke adiknya yang santai bermain alat musik sementara ia sedang sibuk. Lalu datanglah adiknya yang paling kecil. Ia sibuk bertanya melihat berkas-berkas yang dibawa Dael. Tanpa menghiraukan adiknya, Dael tetap saja mengerjakan tugasnya.

Di saat itulah semuanya baru dimulai. 


Adik yang paling kecil langsung menarik berkas pekerjaan Dael hingga rusak. Lalu dengan penuh emosi Dael menampar adiknya. Pada saat yang sama, ibu mereka melihat Dael menampar adiknya, langsung saja Dael dimarahi habis-habisan. Mendengar tagisan si bungsu, sang ayah langsung ikut memarahinya. Dael mencoba membela diri tapi ia semakin dimarahi. Lalu datanglah si kakak yang tertanggu saat ngobrol dengan temannya di sebelah rumah. Ia langsung ikut memarahi Dael karena suara repetan orang tua mereka terdengar ke tetangga.

�Apa ini semua? Enggak penting!�

Teriak si kakak sambil merusak semua berkas pekerjaan Dael saat ia mencoba membela diri dengan berkata ia sedang mendapatkan pekerjaan penting. Sekejap di hadapan mata Dael semua berkas-berkas jerih payah ia selama ini hancur begitu saja dalam hitungan detik. Semuanya kini hanya sampah yang bertaburan di lantai.

Mimpi

Harapan

Dan impian

Aku juga punya ketiganya


Tapi

Kenapa di depan mataku

Hanya ada awan gelap?


�AAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRGGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!� teriak  Dael sekuat yang ia bisa. Tanpa ia sadari ia bahkan berteriak bukan dengan suara yang biasa ia keluarkan. Ia seperti mengeluarkan suara serak yang ia dengar tanpa sengaja saat kemarin. Pandangannya menjadi gelap. Tubuhnya yang kemerah-merahan kini menjadi hitam legam. Seluruh keluarganya semakin diam dan terkejut saat bayangan Dael semakin membesar dan memeluk tubuhnya. Seketika sepasang tanduk keluar dari kepala Dael. Tubuhnya kini membesar dan tangannya pun memiliki kuku panjang. Sepasang sayap kelelawar juga keluar dari punggungnya. Terbungkuk ia harus berdiri akibat tubuhnya yang kini sangat besar.

Dael tidak tahu lagi apa yang ia pikirkan. Dengan cepat ia mencakar siapa saja yang ada di hadapannya, membongkar isi tubuhnya, lalu menarik jantungnya keluar dan memakannya. Mulutnya penuh darah dari jantung keluarganya sendiri. Beberapa penduduk desa masuk ke dalam rumahnya karena mendengar teriakan dan jeritan. Namun dengan cepat Dael membunuh semua mereka yang datang dan memakan jantungnya. Dael keluar dari rumahnya dengan merobohkan dinding.

Melihat sebuah monster di desa mereka, para penjaga pun menyerang Dael dengan pedang, tombak, dan panah. Tapi upaya mereka sia-sia, semua serangan mereka seperti menyerang asap hitam, tidak ada satupun serangan yang berarti. Dael pun membalas serangan mereka. Dengan sekali pukulan para penjaga desa pun terpental. Cakarnya yang tajam pun langsung menusuk ke rongga dada dan menarik jantung mereka keluar. Sebuah santapan lagi bagi Dael.

Dael semakin tidak terkendali. Ia menyerang semua penduduk desa. Semua rumah ia hancurkan. Semua penduduk ia bunuh. Semua jantung ia makan. Dael belum puas, ia tidak berhenti begitu saja. Ia terbang dengan sayap kelelawar raksasanya. Ia menyerang ke istana kerajaan. Ia membunuh semua yang hidup di sana, bahkan burung pemberi kabar pun tidak diberinya kesempatan untuk pergi. Seluruh kerajaan Viel dan desa-desanya di sekitarnya kini tinggal puing-puing bangunan yang dipenuhi mayat dan darah. Dael kembali berteriak, napasnya terengah-engah. Ia tidak tahu apa yang ia perbuat, tapi ia berhasil merasakan sebuah kepuasan.




Part 1 - Part 2 - Part 3 - Part 4

download file now